Pictures

Pictures
J-Pictures

Minggu, 11 September 2011

Iman J-Rocks

Iman J-Rocks 


 
Nama Lengkap : Iman Taufik Rachman
Tanggal Lahir : Jakarta / 19 Juli 1982
Zodiak : Cancer
Gaya Permainan : Rock, Blues
Pengalaman Band : Funky Kopral
Band Saat Ini : J-Rock’s
Pengaruh musikal : L’Arc~en~Ciel, Malice Mizer, Yngwie Malmsteen, Judy & Mary, Evergreen musik, Muse, RHCP, Nirvana, dll
Posisi Dalam Band : Vocalis, Gitaris, Pianis, Song Writter
Gitar : Fender Strat thn 73 (0,11) & G n L Tele (0,10)
Efek : Boss GT-8 & JJ Tube Breaker
Ampli : udah dijual, lagi nyari
Gear Lainnya : Samsons wireles.. EV MIC KONDENSOR
Prestasi : Juara 1 Nescafe Get Started 2004
Buku Favorit : Komik2 Jepang, Buya Hamka, Imam Al Ghazalli, dll Album Favorit : All Nirvana album, all Yngwie Malmsteen album.. Jimi Hendrix.. SRV album… Tower of Power versi live.. Burning Organ (Paul Gilbert).. Cacophony.. All Extreme Album.. All L’Arc~en~Ciel album… Metallica Black Album… Sex Pistol (Neverind The Bollocks).. Slank (SUIT2 HE2X), Michael Jackson the greatest hits… Andy Williams The Greatest Hits.. Slipknot (Iowa), dll


Iman sudah mulai mengenal musik semenjak masih bayi. Saat itu ia sudah sering mendengarkan musik jazz, blues, hingga musik sunda dari keluarganya. Mulai memainkan gitar karena 3 nama besar : Jimi Hendrix, Kurt Cobain, dan Yngwie Malmsteen. Saat band Funky Kopral mengadakan audisi untuk mencari gitaris, ia kemudian ikut dan terpilih sebagai gitarisnya. Di band itu ia mulai exist dari tahun 2001 awal hingga 203 akhir. Kemudian setelah keluar dari Funky Kopral, Iman kembali menghubungi temannya, Wima untuk menjalankan konsep band yang pernah ia rencanakan semenjak SMA. Karena sulit mencari vocalis yang cocok, akhirnya Iman lah yang mengambil posisi vocal. Awalnya band ini sempat menjadi spesialis atau band cover untuk Laruku. Kemudian karir mereka mulai menanjak setelah sukses di sebuah kompetisi musik. J-Rocks (JRS) memang masih baru dalam industri musik. Nama mereka mencuat setelah menjadi finalis dan akhirnya keluar sebagai juara pertama kontes musik yang diselenggarakan oleh Nescafe. Beberapa saat sebelum J-Rock Star mengikuti event Nescafe Get Started ini, Iman cs merubah nama J-Rock Star menjadi J-Rock’s saja. Pada babak grand final JRS berhasil mengalahkan 2 band saingan, B-Five (dari Makassar) dan Cool Khas (dari Jogjakarta). Memang warna musik yang ditawarkan oleh JRS saat itu belum ada di industri musik Indonesia. Akhirnya band ini mendapat kontrak rekaman dengan label Aquarius Musik. Album perdana pun di release dengan judul Topeng Sahabat. Album ini melempar hits ‘Lepaskan Diriku’ sebagai hits jagoannya. Video klipnya pun sudah sering tayang di TV. Hebatnya hits ini mampu bersaing dengan album-album dari band papan atas seperti Padi dan Dewa. Selain lihai dalam permainan gitar dan bernyanyi, skill bermain keyboard dan piano Iman juga sangat baik. Selain berperan sebagai gitaris dan vocalis, ia juga menjadi pencipta sebagian besar lagu-lagu di album perdana J-Rock’s. Karakter vocal yang kuat, dengan tehnis dan penjiwaan yang matang, range vocal yang lebar memudahkannya mengambil nada2 yang rendah sampai nada2 tinggi, bahkan tehnik falseto yang tetap terjaga artikulasinya. Anyway, kini makin banyak bermunculan band-band yang beraliran Japanese Rocks setelah munculnya JRS ini. Hal ini sangat baik untuk variasi jenis musik di Indonesia yang biasanya ‘itu-itu saja’ (baca: pop mellow).
Pokoknya jangan ngasih dia label “vocalis yang (sekedar) bisa main gitar” sebelum liat permainan livenya. Kini Iman menjadi salah satu instruktur di tempat kursus musik Chics dan sering mondar-mandir di Forum Gitaris.com

sumber: musisi.com  / gitaris.com

Kamis, 01 September 2011

Single J-Rocks 2011 - Ya Aku

J-Rocks Narsis dan Ngegombal di Lagu 'Ya Aku'

J-Rocks Narsis dan Ngegombal di Lagu 'Ya Aku'
J-Rocks syuting klip Ya Aku (dok.pribadi)

Jakarta - Tak lama lagi band J-Rocks akan merilis single teranyar mereka yang bertajuk 'Ya Aku'. J-Rocks pun narsis dan melontarkan kata-kata gombal di lagu tersebut.

"Sebenarnya lagu ini multitafsir. Bisa soal narsis, bisa juga untuk merayu cewek, dan lagu yang jujur apa adanya," ujar sang vokalis Iman ketika berbincang dengan detikhot, Jumat (26/8/2011).

Kalau kamu tanya aku, siapa cowok paling tampan.. Ya Aku..
Kalau kamu tanya aku, siapa cowok paling baik.. Ya Aku..
Kalau kamu tanya aku, siapa lelaki yang paling mencintaimu..
Sudah pasti jawabannya tidak lain tidak bukan.. Ya Aku..

Iman mengambil tema lagu tersebut dari kehidupan sehari-hari. Narsis, gombal dan bicara jujur sudah biasa dilempar seorang pria pada pasangannya.

"Kalau musik, sih swing dan lebih ke bebop rock. Gue demen jazz, jadi nuansa itu yang pasti ada. Setelah semua dicampur ya jadi gini. Bedanya sama lagu-lagu lain, di sini pianonya dominan. Ada part-part piano dan gitar sahut-sahutan. Distorsinya juga renyah," jelas Iman.

Kamis (25/8/2011) J-Rocks pun menjalani syuting video klip 'Ya Aku' seharian di kawasan Cibubur. Konsep ceria pun disuguhkan dalam video klip bertempo medium beat tersebut.

Para personel J-Rocks pun didandani dengan busana warna-warni. Iman bahkan mengubah rambutnya menjadi pirang.

"Konsepnya full colour banget dan seru. Kita bikin konsep kayak lagi di pesta prom night gitu. Kita full ngeband. Ada tambahan talent dance dan breaker juga," kisah Sony sang gitaris.

Sejarah Masuknya Music Jepang di Indonesia


DI INDUSTRI MUSIK, invasi aliran musik dari Jepang bisa dibilang cukup kuat di Asia. Padahal kalau dirunut dari sejarah musikalnya, industri musik modern di Jepang terhitung baru eksis dan berkembang di era 80-an. Tapi pengaruhnya cepat menyebar. Nggak heran kalau sekarang kita bisa mendengar aliran musik yang diembel-embeli Jepang di depannya, seperti J [Japan] – Rock atau J [Japan]- Pop.

Memang, kalau menyimak fakta sejarah dan data-data yang tercecer di beberapa literature, musik modern yang masuk ke Jepang dibawa oleh orang-orang Amerika. Mereka –orang Amerika itu—awalnya memperkenalkan musik jazz. Kabarnya, jazzlah akar dari J-Pop yang kita kenal sekarang.

Akar dari J-Pop berawal dari musik Jazz yang populer pada awal era Showa. Awal Era Showa dimulai pada tahun 1926 oleh Kaisar Hirohito sampai dengan masa Perang Dunia II 1945. Musik Jazz memperkenalkan berbagai jenis alat musik yang sebelumnya hanya dipergunakan untuk musik klasik dan dalam militer, dalam berbagai bar dan klub seperti “Ongaku Kissa” yang merupakan salah satu tempat pertunjukkan Jazz yang terkenal.

Namun dalam masa Perang Dunia II, musik jazz sempat terhenti akibat tekanan dari tentara kerajaan Jepang. Setelah masa perang berakhir, Tentara Amerika Serikat memperkenalkan kepada Jepang jenis musik khas Amerika seperti boogie-woogie, mambo, blues dan country. Jenis-jenis musik tersebut dipertunjukkan oleh para musisi Jepang kepada pasukan tentara Amerika yang menempati markas AS di Jepang. Lagu seperti “Tokyo Boogie-Woogie” yang dinyanyikan oleh Sizuko Kasaoki (1948), “Tennesse Waltz” oleh Eri Chiemi (1951), “Omatsuri Mambo” oleh Misora Hibari dan “Omoide no Waltz” oleh Izumi Yukimura menjadi populer di Jepang.

Bahkan musisi luar seperti Jazz At The Philharmonic dan Louis Armstrong pernah mengunjungi Jepang untuk melakukan pertunjukkan. Tahun 1952 merupakan tahun dimana musik Jazz membooming. Namun, Jazz bukanlah jenis musik yang mudah dipelajari sehingga sebagian besar musisi amatir Jepang mempelajari musik country yang dianggap paling mudah dipelajari.

Demam Rock and Roll mulai melanda Jepang pada tahun 1956 oleh sebuah grup musik country, Kosaka Kazuya and Wagon Masters yang merilis album “Heartbreak Hotel”, yang aslinya dibawakan oleh sang raja Elvis Presley. Wabah rock and roll ini mencapai titik puncaknya pada tahun 1959 dengan munculnya sebuah film yang memfokuskan ada pertunjukan grup rock and roll Jepang. Turunnya pamor rock and roll di Amerika Serikat diikuti oleh Jepang seiring dengan banyaknya grup di Jepang yang tak lain hanya meniru Rock and Roll Amerika.

Oh ya, J-Pop yang kita kenal sekarang sebenarnya merupakan istilah umum yang mengandung banyak jenis (genre) musik Jepang seperti pop, rock, dance, rap dan soul. Di Jepang, istilah J-Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut dengan Enka atau bentuk ballad dari Jepang tradisional. Sering juga kita mendengar istilah seperti J-Rock, Visual Kei dan J-Rap, namun semua istilah tersebut berada di dalam naungan J-Pop.



Istilah J-Pop sendiri sebenarnya tidak terlalu dikenal di khazanah musik di Jepang, sampai akhirnya istilah J-pop digaungkan oleh satu stasiun radio bernama “J-WAVE” untuk menunjukkan jenis musik yang berbeda dari musik rakyat. Disadari atau tidak, J-Pop sedikit banyak memang dipengaruhi oleh American-style yang menjadi pengaruh terkuat perkembangan musik di Jepang.

Contoh paling popular adalah penyanyi Jepang terkenal Utara Hikaru. Penyanyi cewek ini menjadi populer dengan gaya urban hip-hop dengan pengaruh Amerika yang kental. Gayanya berbeda di Jepang karena lebih mirip atau hampir sama dengan hip-hop Amerika. Itu pun disebabkan karena Utada Hikaru lahir dan besar di New York. Meski warna Jepang yang ditonjolkannya pun masih terasa kental.

Musik J-Pop merupakan bagian dari kebudayaan populer Jepang. Dan telah digunakan dimana-mana seperti anime, iklan, film, acara radio dan televisi, dan video game. Bahkan beberapa acara berita di televisi menggunakan lagu J-pop sebagai penutup acara.

Laju pertumbuhan J-Pop luar biasa tingginya. Dalam anime dan acara televisi lainnya, terutama drama, lagu J-pop yang digunakan sebagai soundtrack cenderung berubah setiap musim (season) sampai empat kali dalam setahun. Bila dihitung lagu pembuka (OP) dan penutup (ED) dan acara berlangsung selama satu tahun, maka paling tidak memiliki delapan lagu sebagai bagian dari acara tersebut.

Di Indonesia, demam J-Pop dimulai saat lagu Ko Ko Ro No Tomo meledak di tahun 80-an. Agak unik sebenarnya, ketika lagu-lagu pop cengeng begitu merajalela, Mayumi Itsuwa, tiba-tiba masuk dan memberikan sebuah perbedaan. Ketika itu, semua penggemar musik pop tiba-tiba bisa berbahasa Jepang.

Berawal dari J-pop yang dipengaruhi musik luar, dan hasilnya pun menggebrak dengan ekspansi sampai ke luar Jepang. Artis-artis J-Pop mulai melakukan pertunjukan ke luar Jepang dimulai dari seputar negara-negara di Asia, kemudian meluas ke Australia, Amerika, bahkan Eropa. Bahkan J-pop mulai dijadikan inspirasi musik di beberapa negara seperti Indonesia dengan grup-grup yang terinspirasi oleh artis Jepang paling pasaran di Indonesia, L`arc en Ciel. Kemudian menyusul gaya fashion mereka yang ditiru.


J-ROCK PUN MENGGEBRAK
Tak Cuma genre pop, J-Rock pun menjadi salah satu wabah di negara-negara Asia. Gaya rock ala Jepang banyak ditiru dan mejadi trend bermusik di banyak negara termasuk Indonesia.
Akar lahirnya J-Rock pun sebenarnya tak berbeda dengan J-Pop. Sejarah J-Rock dimulai tahun 1957 dengan dikenalnya musik rock di Jepang bersamaan dengan puncak kepopuleran rockabilly yang merupakan salah satu gaya rock 'n' roll.

Rockabilly yang dimulai di berbagai kelab jazz melahirkan penyanyi rockabilly seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijirō Yamashita. Pada bulan Februari 1958, ketiganya tampil dalam konser Westan Kānibaru I (Western Carnival I) di gedung pertunjukan bernama Nihon Gekijō, Tokyo.

Di akhir dekade 1950-an, kepopuleran rockabilly yang mulai surut digantikan era Kabā Popsu (cover pops) yang terdiri dari berbagai jenis musik. Di antara tokoh cover pops terdapat musisi seperti Yūya Uchida dan Isao Bitō yang berakar pada genre rockabilly. Selain itu, cover pops dengan gaya Liverpool Sound lahir mengikuti kepopuleran grup-grup musik seperti The Beatles di sekitar tahun 1963.

Gitar elektrik produk dalam negeri yang bisa dibeli dengan harga murah membantu terciptanya demam Ereki (musik rock dengan gitar elektrik). Istilah "Ereki" merupakan singkatan dari kata erekigitā (gitar listrik). Penggemar musik rock di Jepang banyak yang berganti identitas dari pendengar setia menjadi musisi rock.

Musik rock di Jepang makin menggila ketika band rock n’ roll asal Inggris, The Beatles. Tahun 1965, ada band lokal bernama Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The Beatles dengan lirik bahasa Jepang. Selain itu, Tokyo Beatles juga mengeluarkan PH berisi lagu-lagu yang pernah dibawakan grup musik Inggris yang memainkan Liverpool Sound.

Ketika the Beatles benar-benar menggelar konsernya di Jepang, membuat grup-grup musik Ereki berganti warna musik agar ikut bisa bergaya British Invasion. Di antara perintis British Invasion di Jepang terdapat grup musik seperti Jackey Yoshikawa and his Blue Comets dan The Spiders.

Sejak akhir dekade 1970-an, grup musik dari label rekaman Indies terus populer, sehingga terjadi "Band Boom" di Jepang pada paruh kedua dekade 1980-an. Pada masa itu terdapat banyak sekali grup-grup musik yang populer. Princess Princess, Unicorn, Jun Sky Walker(s), Bakufu-Slump, dan Pink Sapphire adalah nama-nama grup musik pencetak banyak sekali lagu hit di pertengahan tahun 1980-an. Di jalur heavy metal, Seikima II merupakan band yang paling populer dan sering tampil di televise.

Di awal tahun 2000-an mulai terdapat gaya Seishun Punk yang dimulai oleh Stance punks, Gagaga SP, dan Going Steady. Saat itu populer grup musik seperti Bump of Chicken, Asian Kung-Fu Generation, dan Acidman yang tergolong genre Shimokita Kei.

Sejak pertengahan tahun 2000-an terdapat banyak sekali grup bergenre Melodic Hardcore dan Emocore seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation. Musisi yang berjasa di masa kejayaan Melodic Hardcore tahun 1990-an juga ikut bangkit kembali, misalnya: mantan anggota Hi-Standar yang bernama Ken Yokoyama berkarier solo, Ultra Brain, dan Snail Ramp.

Di Indonesia, perkembangan J-Rock juga cukup popular. Berterimakasihlah kepada anime Jepang. Soundtrack anime banyak dinyanyikan musisi papan atasJepang. Sebut saja, L’ arc en ciel (dikenal juga sebagai Laruku), yang menyanyikan soundtrack serial Samurai X. Ada T.M. Network yang mengisi soundtrack-nya City Hunter dan Gundam. Selain itu, ada juga Mitsuko Horie, penyanyi solo yang menunjukkan kemampuan vokalnya lewatsoundtrack serial Saint Seiya dan Candy-Candy. Musik inilah yang kemudian disebut sebagai Japanese Rock (J-Rock). Tapi jangan salah, musik J-Rock tak hanya sebatas soundtrack anime saja. Semua musik bergenre rock yang dimainkan band atau penyanyi asal Jepang yang bisa dikategorikan J-Rock.

Yang terkenal tentu saja band yang menamakan dirinya J-Rock. Awalnya mereka adalah copy-cat fashion dan musikalitas Japannesse Rock. Meksi ini sudha menyelip dan melebur masuk dalam industri pop. Malah J-Rock baru saja mendapat kesempatan untuk merekam beberapa lagunya di Abbey Road, tempat rekeman legendaries di Inggris. Tempat yang sudah melahirkan beberapa band besar, termasuk The Beatles.

Lantaran gandrung dengan lagu soundtrack, banyak yang tertarik mendirikan band khusus memainkan musik ini. Lagu-lagu yang dimainkan tak jauh-jauh dari lagu tema anime. Wasabi dan Japanese Heroes adalah pelopor band J-Rock di sini. Kehadiran Wasabi dan Japanese Heroes memicu munculnya band-band pengusung J-Rock baru seperti J-Rocks, Jetto, dan Leto di Jakarta atau Sound Wave dan Lucifer di Bandung. Serunya, band J-Rock generasi baru ini memainkan tak hanya soundtrack saja. Tapi jugasingel-singel band J-Rock lain seperti X-Japan, Luna Sea, Dir and Grey serta Asian Kung Fu Generation.

Kemudian ada nama Amakuza, band heavy-metal dari Jakarta yang lahir karena sebagian besar personilnya sempat kuliah di Sastra Jepang. Mereka memilih bermain metal asli Jepang, dengan ornament musik klask Jepang. Malah Amakuza dan beberapa band metal pengusung Japannesse Metal, sempat merilis kompilasi indie, beberapa tahun silam di Jakarta.


Musik Indonesia di Jepang
Di Jepang, musik dari Indonesia memang belum menjad trend yang mewabah. Tapi bukan berarti tidak ada musisi Indonesia yang dikenal di Jepang. Harus dibedakan antara dikenal oleh masyarakat Jepang, disukai dan kemudian jadi trend, dengan dikenal di Jepang, tapi tidak terlalu popular di masyarakat Jepang itu sendiri.

Untuk yang pertama, kita harus menyebut nama maestro keroncong Gesang. Meski usianya sudah menembus 90-an, tapi Gesang adalah ‘keroncong-star’ di Jepang. Pencipta lagu ‘Bengawan Solo’ ini lebih dikenal dibanding Samsons, Peterpan atau Kangen Band misalnya.

Dalam IndonesianJapan Expo [IJE] 2008, Komponis Gesang Martohartono (91) dianggap sebagai simbol budaya dan benang merah yang mewakili hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang. Hubungan itu digambarkan hangat dan erat seperti hubungan persaudaraan. Nama Gesang adalah password untuk menyebut Indonesia dimata orang Jepang.

Percaya atau tidak, di Jepang sampa dibentuk Yayasan Peduli Gesang [YGP] yang selalu merayakan ulangtahun sang maestro dengan banya kegiatan. Sebagian dari mereka adalah orang Jepang yang berusia di atas 80 tahun, karena pada masa perang dahulu sudah mengagumi lagu Bengawan Solo. Mereka datang berombongan dari Jepang-asal Tokyo, Pulau Shikoku, Yokohama-dan tiba sehari sebelumnya. Setiap tahun anggota rombongan berganti-ganti, dan sebagian anggota tetap.

Beberapa nama lain juga sempat berkolaborasi dengan musisi Jepang, seperti misalnya Angklung dari Jawa Barat. Nama alat musik asli Indonesia ini cukup terkenal di Jepang ketika sempat berkongsi dengan alat musik bamboo Jepang.

Cuma itu? Tentu saja tidak. Jangan kaget kalau saat in isudah mulai muncul apa yang disebut J-dangdut [Japannesse Dangdut]. Benarkah? Agak mengejutkan memang, karena musik dangdut ternyata mulai dikembangkan di Jepang. Ada satu nama ngetop bernama Orkes Melayu [OM] Ranema, singkatan dari Rakyat Negeri Matahari. Mereka awalnya bernama Om Eksis dan memang memainkan dangdut dalam arti sebenarnya. Percaya atau tidak, lagu SMS yang ngetop lewat Trio Macan, di Jepang juga cukup popular, tentunya dengan bahasa Jepang.

Kemudian ada nama grup dangdut lain yang cukup beken bernama Om Hati93 Dangduters. Band ini pernah menjadi pembuka dari pertunjukkan OM Ranema. Oh ya, OM Ranema itu personilnya semua adalah musisi dari Jepang, tanpa orang Indonesia sama sekali. Kabarnya juga, nama Rhoma Irama juga menjadi kiblat dari dangdut yang dimainkan orang Jepang, selain nama-nama Elvi Sukaesih, Endang Wijayanti, Rita Sugiarto, Herlina Effendy, dan Ken Dedes Group. Kedekatan dangdut Indonesia di Jepang kabarnya karena ada salah satu musik asli bernama enka yang secara musical, penuh tetabuhan seperti dangdut.

Kemudian nama Slank juga berkibar. Apalagi seetelah album terakhirnya berkolaborasi dengan band rock n’ roll Jepang, The Big Hip. Malah band asal Gang Potlot Jakarta ini sempat membaut lagu berbahasa Jepang. Nama-nama band Indonesia yang sempat terdengar dan mengadakan konser atau show di Jepang juga cukup banyak seperti Samsons, Sheila On 7 atau Cokelat.

IndonesiaJapan Expo [IJE] 2008 yang akan digelar 1-9 November 2008 di Arena PRJ Kemayoran, salah satu kegiatan yang bakal menarik perhatian adalah festival musik Indie Jepang. Festival ini diadakan setiap hari dan final akan digagas di akhir event, tanggal 9 November mendatang. Kalau memang kamu tertarik untuk menonton penampillan band-band ala Jepang tampil, pastinya tak akan melewatkan kesempatan seru ini.

Sejarah musik Rock Jepang

J-Rock atau Japanese rock (日本のロック nihon no rokku?, rock Jepang) digunakan untuk menyebut genre musik rock yang ada di Jepang.
Aliran musik J-Rock menjadi populer di Indonesia berkat kepopuleran penayangan anime di televisi dengan lagu tema (soundtrack) yang dibawakan penyanyi dan kelompok musik Jepang.

Sejarah J-Rock dimulai tahun 1957 dengan dikenalnya musik rock di Jepang bersamaan dengan puncak kepopuleran rockabilly yang merupakan salah satu gaya rock 'n' roll.
Rockabilly yang dimulai di berbagai kelab jazz melahirkan penyanyi rockabilly seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijirō Yamashita. Pada bulan Februari 1958, ketiganya tampil dalam konser Westan Kānibaru I (Western Carnival I) di gedung pertunjukan bernama Nihon Gekijō, Tokyo.
Di akhir dekade 1950-an, kepopuleran rockabilly yang mulai surut digantikan era Kabā Popsu (cover pops) yang terdiri dari berbagai jenis musik. Di antara tokoh cover pops terdapat musisi seperti Yūya Uchida dan Isao Bitō yang berakar pada genre rockabilly. Selain itu, cover pops dengan gaya Liverpool Sound lahir mengikuti kepopuleran grup-grup musik seperti The Beatles di sekitar tahun 1963.
Gitar elektrik produk dalam negeri yang bisa dibeli dengan harga murah membantu terciptanya demam Ereki (musik rock dengan gitar elektrik). Istilah "Ereki" merupakan singkatan dari kata erekigitā (エレキギター?, gitar listrik). Penggemar musik rock di Jepang banyak yang berganti identitas dari pendengar setia menjadi musisi rock.

[sunting] Dari Ereki ke Liverpool Sound dan British beat

Sekitar tahun 1964-an, The Astronauts dan The Ventures menjadi populer di Jepang. Musik yang dimainkan musisi seperti Terauchi Takeshi to Burū Jīnzu (Takeshi Terauchi & Blue Jeans) disebut surf music alias musik Ereki (Eleki). Rekaman lagu The Astronauts dan The Ventures dengan lirik bahasa Jepang seperti yang dibawakan Fujimoto Kōichi juga menjadi hit. Musik Ereki dengan seketika mencapai puncak kepopuleran. Grup band Ereki di Jepang pada masa itu tidak saja memainkan lagu-lagu surf music, melainkan juga lagu-lagu berirama Liverpool Sound milik berbagai grup band asal Inggris yang menandai era gerakan musik British Invasion. Di tahun 1965, Yuzo Kayama membentuk band Ereki tiruan The Ventures yang disebut The Launchers. Grup musik ini begitu populer hingga Yuzo Kayama dijadikan peran utama dalam film Ereki no wakadaishō (Electric Guitar Young Guy atau Campus A-Go-Go).
Pada tahun yang sama, Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The Beatles dengan lirik bahasa Jepang. Selain itu, Tokyo Beatles juga mengeluarkan PH berisi lagu-lagu yang pernah dibawakan grup musik Inggris yang memainkan Liverpool Sound.

[sunting] Group sounds

Kedatangan The Beatles untuk tampil dalam pertunjukan di Jepang membuat grup-grup musik Ereki berganti warna musik agar ikut bisa bergaya British Invasion. Di antara perintis British Invasion di Jepang terdapat grup musik seperti Jackey Yoshikawa and his Blue Comets dan The Spiders. Pada saat yang bersamaan tampil grup musik berirama Group Sounds (Gurūpu Saunzu). Aksi panggung band-band berirama Group Sounds banyak meniru grup musik berirama British Invasion, tapi sebagian besar singel dan album mereka tidak berirama rock, melainkan Kayōkyoku atau Wasei Pops (pop Jepang).

[sunting] Era 1960-an hingga 1970-an

Akhir dekade 1960-an hingga pertengahan dekade 1970-an diwakili grup-grup musik seperti Hadaka no Rallies, Jacks, RC Succession, Joe With Flower Travellin' Band, Mickey Curtis & Samurai, Blues Creation, Murahachibu, The Mops, PYG, Happy End, Sadistic Mika Band, Fried Egg, Yonin Bayashi, Magical Power Mako, Zunō Keisatsu dan Gedō. Tidak juga ketinggalan grup rock seperti Carol, Cools, dan band asal Kansai seperti Funny Company yang disebut sebagai Carol-nya Jepang bagian barat.
Daerah Kansai di dekade 1970-an diwarnai dengan rock aliran blues rock yang mirip southern rock. Musik jenis ini dibawakan pemusik rock seperti Ueda Masaki and South to South, serta West Road Blues Band. Sementara itu, angin Okinawan rock berhembus dari Okinawa. Aliran ini dibawakan Katchan Condition Green dan grup Murasaki. Dari namanya saja, grup Murasaki (bahasa Jepang untuk warna ungu) sudah jelas ingin diasosiasikan dengan Deep Purple. Dari Nagoya tampil Kondō Fusanosuke dengan grup Break Down. Ayukawa Makoto dengan grupnya yang bernama Son House tampil dari Fukuoka dan nantinya disebut perintis Mentai Rock.

[sunting] Era rock Jepang hingga tahun 1980-an

Dekade 1970-an dimeriahkan Uzaki Ryūdō dengan kelompoknya yang Downtown Boogie-Woogie Band, grup Carol yang mendapat pengaruh kuat The Beatles, Off Course, dan Tulip. Selain itu, mantan anggota kelompok irama group sounds The Tigers yang berkarier solo, Kenji Sawada terus menghasilkan singel dan album berwarna rock. Takurō Yoshida dan Yōsui Inoue adalah penyanyi paling laris di Jepang saat itu. Keduanya dipengaruhi Bob Dylan dan musik-musik mereka bergaya folk rock. Sementara itu, grup musik yang paling laris adalah Garo dan NSP (grup musik) yang mendapat pengaruh dari Crosby, Stills, Nash & Young.
Grup musik yang terkenal di Jepang pada pertengahan dekade 1970-an, misalnya: Kai Band yang memiliki warna rock yang kuat, Shōgo Hamada, Miyuki Nakajima, dan Momoe Yamaguchi yang banyak membawakan lagu ciptaan Ryūdō Uzaki. Walaupun banyak grup musik rock yang terkenal, musik rock masih belum diterima seluruh lapisan masyarakat.
Keadaan ini diubah oleh band Carol yang didirikan Eikichi Yazawa dan tiga tokoh rock ternama: Sera Masanori & Twist, Shinji Harada, Char yang dikenal sebagai "tiga besar dalam rock" (rokku gosanke). Musik rock makin mudah diterima orang Jepang berkat Southern All Stars yang memulai debutnya di tahun 1978, The Alfee, Kenji Sawada, dan Godiego (hanya single yang dirilisnya saja). Di akhir dekade 1970-an hingga awal 1980-an bermunculan musisi dan grup rock seperti Terao Akira, Creation, Yoshito Machida, Yamanaka Joe, Yanagi George & Rainy Wood, RC Succession, Monta & Brothers, Masaki Ueda, Kai Band, Shōgō Hamada, dan Masahiro Kuwana yang banyak melahirkan lagu-lagu hit. Bulan Maret 1980, Motoharu Sano memulai debutnya, tapi masih kurang mendapat sambutan.

[sunting] Era new wave

Jepang di sekitar tahun 1980-an ramai dengan grup musik berbagai aliran seperti punk rock, new wave, techno-pop, hard rock, dan heavy metal. Grup musik yang mewakili era tersebut, misalnya: BOW WOW, Loudness, Yellow Magic Orchestra, Anthem, Earthshaker, 44Magnum, dan Hound Dog. Dari Fukuoka tampil grup-grup seperti Sheena & The Rokkets yang dipimpin Ayukawa Makoto, The Mods, A.R.B., The Roosters, dan The Rockers yang membawakan aliran Mentai Rock, serta The Checkers. Grup lain asal periode ini misalnya, Chanels (Rats & Star) yang dibesarkan di live house. Dari daerah Kanto tampil grup-grup musik seperti Plastics, Anarchy, Juicy Fruits, The Venus, Ippudō, Hikashu, dan P-Model.

[sunting] Era band

Boøwy memulai debutnya di tahun 1982 dan band ini nantinya mempunyai pengaruh kuat dalam dunia musik rock Jepang. Sejak akhir dekade 1970-an, grup musik dari label rekaman Indies terus populer, sehingga terjadi "Band Boom" di Jepang pada paruh kedua dekade 1980-an. Pada masa itu terdapat banyak sekali grup-grup musik yang populer. Princess Princess, Unicorn, Jun Sky Walker(s), Bakufu-Slump, dan Pink Sapphire adalah nama-nama grup musik pencetak banyak sekali lagu hit di pertengahan tahun 1980-an. Di jalur heavy metal, Seikima II merupakan band yang paling populer dan sering tampil di televisi.
B'z memulai debutnya tahun 1988. Di tahun yang sama, album berjudul Covers oleh RC Succession dihentikan peredarannya akibat protes berbagai kalangan karena lagu-lagu bertema antiperang dan antinuklir. X Japan memulai debutnya di tahun 1989 dan berhasil menggetarkan Jepang dengan musik heavy metal yang dapat diterima semua kalangan. X Japan merupakan perintis gerakan musik Visual Kei yang melahirkan band-band yang mengekor ketenaran X Japan. Dari label Indies lahir grup rock Kin-Show (King-Show) yang bernaung di bawah perusahaan rekaman Nagomu Record.
Di akhir dekade 1980-an, The Flipper's Guitar memulai debutnya sebagai pemimpin gaya Shibuya Kei nantinya menjadi sub-budaya tersendiri. Gerakan musik Shibuya Kei memadukan unsur musik jazz, fusion, dan musik tradisional Jepang. Di sekitar waktu yang sama, Ozaki Yutaka juga mencapai puncak ketenaran. Lagu-lagunya bertema kritik sosial yang dilihat dari sudut pandang generasi muda.

[sunting] Akhir "Band Boom"

Mr.Children yang beranjak dari live house La Mama di Shibuya memulai debutnya di tahun 1994. Kesuksesan Mr.Children diikuti oleh Spitz, ulfuls, The Yellow Monkey, dan Elephant Kashimashi.
Pertengahan dekade 1990-an merupakan puncak ketenaran band Visual Kei. Kehadiran Luna Sea mendapat sambutan luar biasa penggemar musik Jepang, diikuti oleh Glay dan L'Arc~en~Ciel (walaupun L'Arc~en~Ciel sendiri menolak disebut sebagai band Visual Kei).
Lagu-lagu dari band Visual Kei banyak dipakai sebagai lagu tema anime dan permainan video, sehingga keberhasilan anime dan permainan video di luar Jepang turut menyeret kepopuleran band Visual Kei di luar Jepang. Sementara itu, penyanyi rock wanita seperti Maki Oguro, Nanase Aikawa, dan Ringo Shiina sedang berada di puncak ketenaran. Di saat yang bersamaan muncul tren mendirikan grup musik campuran dengan vokalis wanita, seperti Judy and Mary dan Hysteric Blue. Pada waktu itu juga populer grup The High-Lows yang didirikan Hiroto Kōmoto dan Masatoshi Mashima yang keduanya mantan The Blue Hearts. Aliran baru yang disebut Melodic Hardcore diciptakan oleh Hi-Standard, Nicotine, Snail Ramp, dan Kemuri. Lirik lagu berbahasa Inggris yang sekarang sudah menjadi barang lumrah justru dimulai oleh Hi-Standard. Pada saat yang sama, band wanita Shonen Knife menjadi populer di luar Jepang. Mitos "sukses di luar negeri harus pandai betul memainkan instrumen" luntur dengan keberhasilan Shonen Knife menjadi band pembuka konser Nirvana pada tahun 1993. Beberapa band lain asal Jepang yang populer di luar negeri, misalnya Guitar Wolf, Boredoms, dan The 5.6.7.8's.
Akhir dekade 1990-an ditandai dengan puncak kepopuleran Blankey Jet City dan thee michelle gun elephant. Pada masa itu sering diadakan konser di alam terbuka seperti Fuji Rock Festival. Kelompok musik seperti Number Girl, Supercar, Yura Yura Teikoku yang termasuk aliran Rockin juga banyak menarik perhatian penggemar.
T.M.Revolution, Gackt, dan Kiyoharu yang memulai debutnya sebagai Visual Kei beralih sebagai musisi solo yang terus menghasilkan lagu yang dapat memasuki tangga lagu pop hingga sekarang.

[sunting] Tahun 2001 hingga sekarang

Di awal tahun 2000-an mulai terdapat gaya Seishun Punk yang dimulai oleh Stance punks, Gagaga SP, dan Going Steady. Saat itu populer grup musik seperti Bump of Chicken, Asian Kung-Fu Generation, dan Acidman yang tergolong genre Shimokita Kei.
Sejak pertengahan tahun 2000-an terdapat banyak sekali grup bergenre Melodic Hardcore dan Emocore seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation. Musisi yang berjasa di masa kejayaan Melodic Hardcore tahun 1990-an juga ikut bangkit kembali, misalnya: mantan anggota Hi-Standar yang bernama Ken Yokoyama berkarier solo, Ultra Brain, dan Snail Ramp.
Saat ini populer kelompok J-Rock seperti Bump of Chicken dan Sambo Master yang matang sebagai grup rock aliran utama. Selain itu juga terdapat Rize, Orange Range, HY, dan Dragon Ash yang tergolong genre Mixture rock.